BADUNG, BeritaCakrawala.co.id - Cerita terbentuknya pancoran solas ini adalah pada Zaman dahulu dikisahkan ada seorang Nenek penjual air minum, yang airnya ini dijual dari Desa ke Desa. Pada saat itu sang nenek sampai di kolam besar yang terletak di daerah sangeh untuk beristirahat, Karena setelah seharian berjualan air dan air tersebut tidak laku.
Kemudian sang Nenek merasa kesal sehingga membuang air nya ke tanah. Dengan dibuang nya air ini ke tanah, Akhirnya sebuah keajaiban terjadi.
Tiba-tiba dalam tanah muncul muncratan air dan akhirnya terbentuk lah kolam besar itu.
Sehingga pada 2008/2010 ada ide dari bendesa lama dan penggerak-penggerak tokoh masyrakat di sangeh dibikin lah pengelukatan pancoran solas seperti sekarang ini. Sebelum nya Taman Mumbul ini sudah akrab dengan sebutan pemandian umum.
Dahulu sebelum terbentuknya pengelukatan ini, semua warga yang ada di sekitar sangeh pasti mandi atau mancing di taman mumbul ini. Tapi setelah terbentuknya pengelukatan ini, maka tidak boleh lagi mandi atau mancing di Kolam Taman Mumbul.
Sistem dari pengelolan pancoran solas masih di kelola oleh Desa Adat. Dan pagawai-pegawai Pancoran Solas ini diambil dari semua banjar yang ada di sangeh. Yaitu terdiri dari 5 banjar. Dari 5 banjar tersebut diambil masing-masing 2 orang dan sekarang ada 10 karyawan dari masing-masing perwakilan Banjar.
Untuk masuk ke Pancoran Solah ini membayar uang parkir sepeda motor 2rb rupiah dan parkir mobil 5rb rupiah . Jikalau ingin Melukat dikenakan biaya untuk sewa loker 10rb rupiah dan Sewa kain dengan biaya 5rb rupiah.
Adapun tata cara dalam Pengelukatan adalah pertama harus memakai pakaian Adat dan Menghaturkan Canang lalu Sembahyang, Setelahnya pengunjung bisa mulai melukat dengan terlebih dahulu membasuh diri di pancuran yang berada paling selatan, Pancuran Gangga, Kemudian berjalan ke arah utara hingga Pancuran Siwa yang terakhir.
Bapak Bagus Putu Mas Arimbawa,S.sos mengatakan, pengelolaan objek wisata mumbul pengelukatan pancoran solas ini sudah dikelola oleh Desa Adat. Karena barbau ritual dan wisata rohani jadi selaras di kelola oleh Desa Adat.
"Tingkat kunjungan Wisatawan lumayan tinggi contoh nya pada hari libur dan pada saat ada Upacara ke Agamaan. Hal mutlak yang disarankan oleh pengelola adalah tetep mematuhi protokol Covid,"terangnya.
"Kawasan wisata Mumbul ini sering dipakai tempat untuk mengadakan event seperti event Pemerintahan, sosialisasi dari PPK, dan dari beberapa LSM juga mengadakan event di tempat ini,"tambahnya.
Seperti hari ini ada Mahasiswa dari paskasarjana Unud melaksanakan kegiatan peliputan video tentang penerapan prokes di kawasan wisata ( 21/11) . Objek wisata Mumbul ini secara tidak langsung di perkenalkan bahwa sangeh mempunyai objek wisata yang layak dikunjungi tapi tetap melaksanakan protokol kesehatan," Pungkasnya. (DMR)
0 comments:
Posting Komentar