SURABAYA, Beritacakrawala.co.id - Workshop Tumbuh bersama departemen teater DKJT, dalam rangka persiapan menuju JAF (jatim art forum) telah selesai, (27 Mei 2021)
Melibatkan person atau komunitas dari 11 kabupaten/kota se jawa timur yaitu Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Surabaya, Pasuruan, Malang, Batu,Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Tuban. dengan tetap berpijak pada pemetaan kerja ruang, ekosistem, militansi, dan pergerakan teaternya.
Mendatangkan 3 pemateri, mewakili tiga pembacaan yang coba dibaca sebagai garis keterhubungan kondisi teater hari ini, hubungannya ditengah pandemi covid 19.
Perlu diketahui, Deni Zajuli (penggiat komunitas) menyampaikan seputar langkah, cara, dan metode- yang berkembang sebagai langkah-langkah strategis dalam menyikapi pandemi untuk pertumbuhan komunitas ditengah aturan prokes pembatasan pemerintah, Senin (6/6/2021).
Sito Fossy Biosa (akademisi Film) mencoba melihat hubungan (yang saat ini sedang berkembang sebagai pilihan persentasi, digital, virtual) kamera dengan pertunjukan.
Tak luput pula Dendi Madiya selaku ( aktor sutradara, menjabat komite teater Dewan Kesenian Jakarta...red) menambahkan, bahwa kami mencoba melihat apa dan bagaimana kedepan (semacam menumbuhkan visi teater) yang hari ini kehilangan pergerakan dan pertumbuhannya.
Antusiasme peserta terlihat dari diskusi yang berlangsung gayeng. memperlihatkan pertanyaan diseputar ketiga persoalan tersebut. beberapa catatan yang mungkin berkembang diantaranya, Apakah keberlangsungan komunitas berkait langsung dengan aktivisme pertunjukan secara langsung atau justru komunitas berdiri sendiri (dengan persoalannya).
" Yang menjadi catatan penting untukmemungkinkan bagaimana pengelolaan komunitas bergerak dalam tegangan antara formalitas komunitas dan informalitasnya, semisal pola silaturahmi, kekeluargaan yang menjadi pola hampir disetiap komunitas (khususnya jawa timur). meskipun kita tahu dinamika di setiap sanggar (komunitas) berbeda-beda" Tegasnya.
Kedua, Kegentingan persoalan komunitas saat ini, yang paling nyata pada komunitas teater kampus. keberadaan teater kampus yang berhadapan langsung dengan lembaga pendidikan kampus, aturan kode etik, protokol kesehatan, dan hubungan kampus dan negara disatu sisi. merupakan problematika tersendiri.
Relatif lebih lentur bagi teater komunitas (independen), bahkan beberapa komunitas, seperti di Gresik dan Lamongan juga Tuban.
"Mereka masih terus aktif berpentas dan melakukan gerilya-gerilya seni. sehingga pandemi bukan sesuatu yang mengganggu.
atau justru ada perbedaan yang cukup dalam, antara komunitas di daerah dan kota, daerah dengan segala sudut pandang 'tradisi'nya relatif lebih tidak peduli dan cuek. sehingga sebagai komunitas mereka bisa berjalan dan terus berproses" Imbuhnya.
Pada sesi sinema dan teater, Sito menuturkan, kami memberikan gambaran-gambaran kerja sinema yang selama ini dikerjakan, baik juga dengan pelaku teater seperti Tony Broer dan lain-lain.
Bagaimana dia mencoba membuat sebuah kerja lintas media dengan menghadirkan pertunjukan teater dan melakukan kerja-kerja sinematik selanjutnya; meng edit, memainkan pola game, animasi dan virtual realiti (dengan one take). sehingga visual benar-benar natural dan memberikan kemungkinan yang banyak. juga unik menurutnya.
" Sementara itu, metode three in one conditon (3 dan satu kondisi), dengan pola menghadirkan tiga kejadian dalam satu freaming, sehingga memungkinkan visual yang berbeda dan melahirkan makna yang banyak, dengan asumsi bahwa semakin banyak tafsir semakin menarik sebuah visual" Tuturnya.
Akan tetapi yang paling mendasar dari sesi sinema sebenarnya bagaimana kerja lintas media dan disiplin merupakan pilihan yang paling menjanjikan dimasa sekarang, ditengah pandemi covid-19, sebab sinema mampu menembus kebuntuan ruang dan waktu, juga melebarkan jangkauan penonton.
"Apalagi keterbukaan tekhnologi sosial media, dengan catatan tetap harus menggali skill, metode dan tekhnik sehingga tidak terkesan ngawur dan apa adanya" Tuturnya.
Akhirnya Dendi Madiya untuk mencoba tanya jawab bagi pesertamembuka dari workshop tumbuh bersama ini, dengan pertanyaan ' apa itu teater masa depan'? kenapa teater masa depan? dan bagaimana teater masa depan? dengan metode 'bertanya' peserta diajak untuk sama-sama melahirkan jawabnnya.
Dan setiap jawaban yang berbeda menunjukkan pilihan sikap, strategi dan distribusi semacam apa yang bakal dilakukan. misal ada yang menyebut teater akan hancur (tidak ada) tapi spesial.
Sebab teater akan menjadi rebutan dan pusat tatapan. 'masa depan teater' menurut dendi madiya dapat di raba dengan memakai beberapa metode seperti,
Kalkulasi Matematik. Semisal menghitung pertumbuhan sesuatu setiap tahunnya. perubahan apapun akan menentukan pandangan kita akan masa depan.
Sensorik Tubuh. Tubuh sebagai medan transpformasi gagasan menyimpan sensitifitasnya, baik lewat indra atau empati.
Oleh kelompok 3 dengan sejarah, kita bisa melihat perubahan apa yang sedang terjadi dan kita menuju masa depan seperti apa?
Ada beberapa hal yang mungkin saja menjadi catatan penting, workshop teater ini menjadi penting. bagaimana teater jatim kedepan? atau apa saja yang dilakukan teater jatim kedepan? atau bagaimana komunitas teater jatim akan berlangsung.
Sementara kita bisa melihat, kecendrungan, artistik dan estetik pelaku teater jatim dalam melakukan eksplorasi di persentasi pertunjukan hasil workshop, bahwa teater jatim mempunyai kecendrungan sendiri; perspektif, artistik, distribusi dan pengetahuan dalam sebuab pertunjukan.
Kekayaan budaya bisa menjadi satu kekuatan yang memungkinkan (menentukan) pertumbuhan teater jatim kedepan. sebab modal budaya merupakan perangkat organik yang bisa ikut memberi warna dan terus mendorong lahirnya kebaruan.
Teater jatim berada (menetap) dalam zona nyamannya, sehingga mereka sulit berubah. zona nyaman ini juga dibentuk oleh kesejarahan teater jatim yang maju pada masanya.
Langkah workshop tumbuh bersama dengan model literasi (dalam bentuk olah pikir) agar kita semakin terbuka akan pengetahuan, dan pikiran lebih menerima lagi pikiran-pikiran lain.
" Harapannya pikiran-pikiran baru akan tumbuh dan ikut melahirkan gagasan-gagasan teater jatim yang progressif. buka lagi teater jatim yang hanya orang jatim yang tahu" Pungkasnya. (SJ/UDN)
0 comments:
Posting Komentar